Potret Kehidupan Penambang Belerang Kawah Ijen
Potret kehidupan penambang belerang Kawah Ijen menggambarkan perjuangan keras dan keberanian di tengah lingkungan ekstrem gunung berapi aktif.
DESTINASI WISATA
Arum
6/24/20252 min read
Di balik pesona api biru yang memukau dan keindahan alam Kawah Ijen, terdapat kisah nyata para penambang belerang yang setiap hari mempertaruhkan nyawa demi sesuap nasi. Mereka adalah pahlawan tak terlihat yang bekerja tanpa pamrih, menghadapi risiko tinggi, dan menjalani kehidupan yang keras di tengah keindahan alam yang mempesona.
1. Sejarah Penambangan Belerang di Kawah Ijen
Penambangan belerang di Kawah Ijen telah berlangsung sejak abad ke-18, dimulai oleh penjajah Belanda yang memanfaatkan tenaga kerja lokal untuk menambang belerang. Seiring berjalannya waktu, praktik ini berkembang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk sekitar. Hingga kini, meskipun teknologi telah berkembang, sebagian besar penambangan masih dilakukan secara manual dengan peralatan sederhana
2. Proses Penambangan Belerang
Setiap hari, para penambang memulai aktivitas mereka pada dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB. Mereka mendaki lereng curam Kawah Ijen menuju kawah aktif, tempat gas belerang keluar melalui cerobong alami. Gas ini kemudian mengkristal menjadi belerang padat yang berwarna kuning cerah. Dengan menggunakan alat sederhana seperti pahat dan palu, mereka memecah kristal belerang menjadi bongkahan-bongkahan besar.
Setelah itu, bongkahan belerang dimasukkan ke dalam keranjang bambu yang digantungkan di kedua sisi tiang yang disangkutkan di bahu. Setiap keranjang dapat menampung hingga 80 kilogram belerang. Perjalanan turun gunung dengan beban berat ini memerlukan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Sesampainya di pos timbang, belerang ditimbang dan dibayar berdasarkan beratnya, dengan harga sekitar Rp 1.000 per kilogram.
open trip ke bromo dari malang & Surabaya
3. Kondisi Kerja yang Berbahaya
Lingkungan kerja para penambang sangat berbahaya. Mereka terpapar gas beracun seperti sulfur dioksida dan hidrogen sulfida yang dapat menyebabkan iritasi mata, gangguan pernapasan, dan bahkan kerusakan permanen pada saluran pernapasan. Meskipun demikian, banyak penambang yang bekerja tanpa perlindungan yang memadai, seperti masker atau pelindung tubuh lainnya.
Selain itu, medan yang curam dan berbatu meningkatkan risiko kecelakaan, seperti terjatuh atau cedera akibat beban berat yang dibawa. Beban fisik yang berat juga menyebabkan banyak penambang mengalami kelainan pada tulang belakang, bahu, dan kaki. Rata-rata harapan hidup penambang di Kawah Ijen diperkirakan tidak lebih dari 50 tahun.
4. Kondisi Sosial dan Ekonomi Penambang
Sebagian besar penambang belerang di Kawah Ijen berasal dari keluarga miskin dan tidak memiliki pendidikan formal yang memadai. Mereka mengandalkan pendapatan dari penambangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meskipun pekerjaan ini berisiko tinggi, pendapatan yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan lain yang tersedia di daerah tersebut.
Namun, pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan risiko yang dihadapi. Banyak penambang yang berharap anak-anak mereka tidak mengikuti jejak mereka dan dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik agar memiliki masa depan yang lebih cerah.
5. Upaya Mitigasi dan Dukungan
Pemerintah dan berbagai organisasi non-pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan para penambang. Beberapa program pelatihan keterampilan, pemberian alat pelindung diri, dan penyuluhan kesehatan telah dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi para penambang.
Selain itu, ada juga inisiatif untuk mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang dapat memberikan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada penambangan belerang.
TiketBromo.Com
Jelajahi keindahan Bromo dan sekitarnya bersama kami. Paket wisata terbaik dengan pelayanan profesional.
Kontak
info@tiketbromo.com
Jl. Raya Bromo No.6-7, Malang, Jawa Timur, Indonesia
TiketBromoPariwisata © 2025. All rights reserved.