Mengenal Suku Tengger: Penjaga Tradisi Gunung Bromo

Mengenal Suku Tengger, masyarakat adat yang setia menjaga tradisi dan budaya di sekitar Gunung Bromo dengan kearifan lokal yang khas.

LAINNYA

Arum

6/12/20252 min read

a person sitting on a bench with dogs
a person sitting on a bench with dogs

Gunung Bromo, dengan keindahan alamnya yang memukau, tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menjadi rumah bagi Suku Tengger. Suku Tengger adalah komunitas yang telah lama mendiami kawasan pegunungan Tengger di Jawa Timur, khususnya di sekitar Gunung Bromo, dan dikenal sebagai penjaga tradisi serta budaya yang kaya.

Sejarah dan Asal Usul Suku Tengger

Nama "Tengger" diyakini berasal dari gabungan nama dua tokoh legendaris, Roro Anteng dan Joko Seger, yang menurut cerita rakyat merupakan pasangan yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Mereka mendirikan pemukiman di kawasan pegunungan Tengger dan menjadi leluhur masyarakat Tengger saat ini. Komunitas ini mempertahankan tradisi Hindu Jawa yang telah ada sejak era Majapahit, menjadikannya salah satu kelompok Hindu tertua di Jawa Timur .

Kepercayaan dan Agama

Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu Jawa, yang merupakan perpaduan antara ajaran Hindu dan budaya lokal. Mereka menyembah Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) serta dewa-dewi Hindu lainnya, seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma. Selain itu, mereka juga menghormati roh leluhur dan makhluk halus yang diyakini menjaga keseimbangan alam dan kehidupan mereka .

open trip ke bromo dari malang & Surabaya

Upacara Yadnya Kasada: Ritual Tahunan yang Sakral

Salah satu tradisi paling terkenal dari Suku Tengger adalah upacara Yadnya Kasada, yang diadakan setiap tahun pada bulan Kasada dalam kalender Jawa. Upacara ini merupakan bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Selama upacara, masyarakat Tengger membawa berbagai persembahan, seperti sayuran, buah-buahan, dan ternak, yang kemudian dilemparkan ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai simbol pengorbanan dan permohonan berkah

Kehidupan Sehari-hari dan Mata Pencaharian

Masyarakat Tengger umumnya hidup sebagai petani, dengan komoditas utama seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hortikultura lainnya. Mereka juga beternak kambing dan sapi. Kehidupan mereka sangat bergantung pada alam, terutama curah hujan yang mempengaruhi hasil pertanian mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim dan fenomena El Niño telah menyebabkan kekeringan, yang berdampak pada hasil panen dan mata pencaharian mereka .

Kearifan Lokal dan Pelestarian Lingkungan

Suku Tengger dikenal memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestarian lingkungan. Mereka menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu, mereka juga menjaga kelestarian hutan dan kawasan sekitar Gunung Bromo dengan tidak menjual lahan kepada pihak luar, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur mereka

Peran Suku Tengger dalam Pariwisata

Keberadaan Suku Tengger memberikan dimensi budaya yang mendalam bagi wisatawan yang mengunjungi Gunung Bromo. Tradisi dan upacara mereka, seperti Yadnya Kasada, menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati kuliner khas Tengger, seperti nasi aron dan wedang pokak, serta menyaksikan seni tradisional seperti tari Jaranan. Namun, penting bagi wisatawan untuk menghormati adat dan tradisi setempat, serta menjaga kelestarian alam selama berkunjung

TiketBromo