Kehidupan Suku Tengger: Harmoni dengan Alam Bromo
Kehidupan Suku Tengger yang penuh harmoni dengan alam Bromo, mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga tradisi dan kelestarian lingkungan.
DESTINASI WISATA
Arum
6/15/20254 min read
Gunung Bromo, yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, merupakan salah satu destinasi wisata alam yang paling ikonik di Indonesia. Tidak hanya terkenal karena pemandangannya yang luar biasa, tetapi kawasan ini juga merupakan rumah bagi masyarakat adat Suku Tengger. Suku Tengger dikenal dengan kehidupan yang sangat harmonis dengan alam sekitar, menjaga tradisi dan adat istiadat mereka yang telah turun-temurun, serta memiliki hubungan spiritual yang mendalam dengan Gunung Bromo.
Asal Usul Suku Tengger
Suku Tengger berasal dari cerita rakyat yang berhubungan dengan pasangan legendaris, Roro Anteng dan Joko Seger. Pada zaman dahulu, Roro Anteng dan Joko Seger adalah dua tokoh yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit karena perbedaan agama dan budaya. Mereka menemukan tempat di kaki Gunung Bromo dan mendirikan pemukiman yang akhirnya menjadi cikal bakal komunitas Tengger. Menurut legenda, pasangan ini memiliki 25 anak, namun mereka harus mengorbankan anak bungsu mereka, Raden Kusuma, sebagai persembahan kepada dewa di puncak Bromo. Sejak saat itu, masyarakat Tengger meyakini bahwa Gunung Bromo adalah tempat yang sakral dan berhubungan langsung dengan kehidupan spiritual mereka.
Masyarakat Tengger sangat menghormati sejarah mereka dan menjadikan Gunung Bromo sebagai bagian penting dari identitas mereka. Meskipun Indonesia telah berkembang pesat, Suku Tengger tetap memelihara nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Kehidupan Sehari-hari Suku Tengger
Kehidupan masyarakat Tengger sangat erat kaitannya dengan alam sekitar mereka. Mereka hidup di dataran tinggi dengan pemandangan Gunung Bromo yang menakjubkan. Suku Tengger sangat bergantung pada pertanian dan peternakan sebagai sumber mata pencaharian utama mereka. Mereka menanam berbagai macam tanaman seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman pangan lainnya di lahan yang terbatas di sekitar kaki gunung.
Namun, karena kondisi alam yang cukup keras, yaitu suhu yang rendah dan medan yang sulit, pertanian Suku Tengger lebih bersifat subsisten. Mereka lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan keluarga daripada produksi komersial. Di samping itu, sebagian besar masyarakat Tengger juga memelihara ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam, yang menjadi sumber tambahan pendapatan dan makanan bagi mereka.
Masyarakat Tengger juga memiliki budaya gotong royong yang sangat kuat. Mereka saling membantu satu sama lain dalam berbagai kegiatan, mulai dari panen, membangun rumah, hingga melaksanakan upacara adat. Konsep kebersamaan dan saling membantu ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Hal ini tercermin dalam berbagai tradisi, seperti upacara Yadnya Kasada yang merupakan bentuk penghormatan mereka kepada dewa-dewa dan leluhur.
open trip ke bromo dari malang & Surabaya
Kepercayaan Masyarakat Tengger: Spiritualitas yang Mendalam
Kepercayaan masyarakat Tengger sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, yang merupakan agama utama mereka. Meskipun agama Hindu di Indonesia sudah terpengaruh oleh modernitas, Suku Tengger tetap mempertahankan keyakinan mereka yang sangat kuat terhadap agama Hindu kuno yang telah ada sejak zaman Majapahit. Salah satu aspek penting dari kehidupan spiritual mereka adalah hubungan mereka dengan Gunung Bromo, yang dianggap sebagai tempat yang sakral.
Suku Tengger meyakini bahwa Gunung Bromo adalah tempat tinggal para dewa dan roh leluhur mereka. Setiap tahun, mereka melaksanakan upacara Yadnya Kasada, yang merupakan ritual yang bertujuan untuk memohon berkah dan keselamatan. Upacara ini melibatkan persembahan berupa hasil bumi, seperti sayur mayur, buah-buahan, dan hewan ternak yang dilemparkan ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai bentuk pengorbanan. Ritual ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah cara untuk menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Pura Luhur Poten: Pusat Spiritual Masyarakat Tengger
Di kaki Gunung Bromo, terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama Pura Luhur Poten. Pura ini merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Tengger, yang digunakan untuk melaksanakan berbagai upacara keagamaan, termasuk Yadnya Kasada. Pura ini tidak hanya sebagai tempat untuk berdoa, tetapi juga simbol penting dalam kehidupan masyarakat Tengger.
Pura Luhur Poten memiliki arsitektur yang unik dan berbeda dengan pura-pura di Bali. Bangunannya yang terbuat dari batu dan kayu mencerminkan kesederhanaan, namun juga menunjukkan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh masyarakat Tengger. Pura ini juga menjadi simbol hubungan yang erat antara masyarakat Tengger dengan alam Bromo, yang dianggap sebagai tempat yang sakral dan penuh misteri.
Tantangan yang Dihadapi Suku Tengger
Meskipun Suku Tengger hidup harmonis dengan alam, mereka juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah perubahan iklim yang memengaruhi hasil pertanian mereka. Cuaca yang tidak menentu, kekeringan, dan erupsi vulkanik yang dapat terjadi sewaktu-waktu, membuat kehidupan masyarakat Tengger menjadi lebih sulit.
Selain itu, perkembangan teknologi dan modernisasi juga memberikan dampak pada cara hidup mereka. Masyarakat Tengger yang sebelumnya sangat bergantung pada pertanian tradisional kini mulai merasakan perubahan dalam pola hidup dan cara mereka mencari nafkah. Beberapa generasi muda mulai mencari pekerjaan di luar daerah mereka, beralih ke sektor pariwisata, atau bahkan bekerja di kota besar. Perubahan ini tentu memengaruhi keberlanjutan budaya dan tradisi yang telah ada sejak ratusan tahun lalu.
Namun, meskipun menghadapi tantangan ini, masyarakat Tengger tetap berusaha menjaga warisan budaya mereka. Mereka terus berupaya untuk menjaga tradisi Yadnya Kasada dan melestarikan nilai-nilai yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Harmoni dengan Alam: Kunci Kehidupan Suku Tengger
Salah satu nilai utama yang diajarkan oleh Suku Tengger adalah hidup dalam harmoni dengan alam. Mereka percaya bahwa alam adalah bagian dari kehidupan mereka, dan mereka harus menjaga keseimbangan alam agar bisa terus hidup dengan damai. Hal ini tercermin dalam cara mereka bertani dan berinteraksi dengan alam sekitar.
Masyarakat Tengger sangat menghormati alam sebagai sumber kehidupan. Mereka tidak hanya bergantung pada alam untuk pangan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan sekitar mereka. Mereka tidak melakukan eksploitasi berlebihan terhadap alam, dan lebih memilih untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar mereka.
Selain itu, masyarakat Tengger juga meyakini bahwa setiap hewan dan tumbuhan memiliki jiwa dan peranannya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk menjaga kelestarian alam dan tidak merusak lingkungan sekitar mereka.
TiketBromo.Com
Jelajahi keindahan Bromo dan sekitarnya bersama kami. Paket wisata terbaik dengan pelayanan profesional.
Kontak
info@tiketbromo.com
Jl. Raya Bromo No.6-7, Malang, Jawa Timur, Indonesia
TiketBromoPariwisata © 2025. All rights reserved.